Thursday, May 7, 2009

PUISI PERHENTIANKU

Ada saat ketika semuanya terasa harus berakhir..
ketika musim sudah tidak mau menyapa,
dan angin: betapapun risaunya
ketika malam tanpa bintang menjadi redup dalam kehidupan
dan seruling jiwa tiada mau ditiup
lelah menjadi jembatan titian dan dasar bangunan...
bagi'ku sang pejalan-pejalan malam yang entah
akan berakhir di mana, tanpa tujuan dan dengan siapa?
Ada saat ketika apapun tidak lagi punya makna
bahkan kehidupan menjadi tidak mau berbagi
sekadar segurat mimpi. telah tiba pada
batas yang harus kita ucapkan
bahwa tiada mungkin lagi kuretas batas
yang menjulang ke cakrawala
apapun artinya...
bahwa ada saatnya kaki dapat meniti mimpi..
namun sekarang harus menjejaki langkahku di kehidupan nyata.
Seperti sebilah pedang yang menebas ke akhir jiwa, lebih baik mati dipenggal olehnya daripada hidup terus tersayat dalam gemilau indahnya mimpiku akan dia..
terasa perihnya ketika telah lewat waktunya,
untuk dapat berkata-kata..
bahwa dalam diri kita masih ada cinta
yang tidak dapat diterjemahkan dengan rasa dan waktu..
Seperti selimut awan yang melayang jauh
berlapis-lapis di balik kilaunya
berbaris-baris ke ujung dunia
seperti mimpi yang harus tersadarkan
bahwa kita berjalan di ujung belati
yang bahkan akan membunuh diri kita sendiri.
Ketika sempurna seluruh madah jiwa: ada yang
tiba-tiba terasa hampa
sesuatu kehilangan yang entah
tak terjemahkan dalam rasa
seperti lambaian jemari yang
membukakan hari-hari penuh gempita
sedang bagi diri ini harus sudah tidak bermakna..
Angin musim kemarau awal di penghujung tahun
tiba-tiba meniupkan misteri
bahwa kehidupan tetap akan berjalan
meski betapapun telah letih
untuk bahkan berbagi dan berbasa-basi..
Kegelisahan ini akan terus berjalan
seperti pelita ribuan tahun yang tidak terpadamkan
kegelisahan akan jawaban
betapa miskin dan kecilnya aku dalam naungan mimpiku..
Perjalanan ini belum akan berakhir
bahkan ketika kita sudah enggan
untuk menutup pintu dan membuka selimut
nasib yang menanti kita..
Terasa ada sesuatu yang sayup dan jauh
dalam hati kita
bahkan puisi tidak dapat mengungkapkannya..
bahwa pelita kehidupan tak'kan pernah padam,
bahkan tanpa dirimu..
Malam ini mimpi belum juga terbagi
pada getar yang sama, gaun derita
kesunyian jiwa. Telah berjalan dalam kelam,
sesuatu yang membuat kita bertahan
bahwa dalam hidup selalu ada cinta:
apapun ujudnya...
Selendang waktu, betapa ketatnya mengikat
dan diikat oleh sesuatu,
ketika padamnya bintang dan hilangnya sang rembulan,
tidak juga membuatku tersadar dari mimpiku..
Bahwa ia telah pergi dan tak'kan pernah kembali namun senantiasa tetap ada dalam indahnya mimpiku yang tak'kan pernah berakhir...

No comments:

Post a Comment