Jayapura (ANTARA News) - Dua anggota DPR RI asal tanah Papua Diaz Gwijangge dan Michael Watimena, mendesak agar aparat penegak hukum menuntaskan insiden yang terjadi di Manokwari, Papua, pada Rabu (15/9) malam, yang menewaskan Naftali Kwan dan Septinus Kwan.

"Aparat kepolisian harus serius mengusut tuntas insiden berdarah itu dan mengganjar pelaku sesuai hukum yang berlaku," kata Diaz Gwijangge, anggota DPR Partai Demokrat asal Papua, di Jayapura. Kamis.

Menurut Diaz, Naftali adalah gembala sidang Gereja Persekutuan Kristen Alkitab Indonesia (GPKAI) Cabang Manokwari di Distrik Kebar, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, sedangkan Septinus adalah petani miskin.

Tak hanya Naftali dan Septinus. Istri Naftali, Antomina Mandacan mengalami patah tulang paha kanan. Begitu juga Arfonika Kwan, istri Septinus. Arfonika ditemukan sekarat. Ia mengalami patah kaki, rahang, dan tulang pinggul.

"Saya melihat, eskalasi kekerasan terhadap penduduk sipil di tanah Papua kerap terjadi dan banyak memakan korban warga masyarakat tak berdosa," ujarnya.

Dirinya menilai kekerasan demi kekerasan terhadap warga sipil terus terjadi dan rakyat menjadi korban jika insiden seperti Manokwari tak diselesaikan dengan tuntas.

Hal senada ditegaskan anggota DPR asal Papua Barat, Michael Watimena. Anggota Komisi V DPR itu meminta aparat penegak hukum melakukan proses pengusutan secara tuntas agar tidak menimbulkan ekses berkepanjangan.

"Saya juga meminta masyarakat agar menahan diri dan tidak terprovokasi," ujar Michael Watimena.

Dua legislator itu pantas bersuara keras. Pasalnya, ujar Diaz, kekerasan yang dilakukan aparat keamanan terhadap penduduk sipil yang berakibat kematian, bukan kali ini saja.

"Dua korban tewas itu orang kecil, bukan penjahat," lanjut Diaz, legislator yang lama berkecimpung dalam dunia advokasi masyarakat sipil, lingkungan hidup, dan HAM di Papua dan Papua Barat. (ANT-186/K004)