Thursday, June 24, 2010

Gubernur Papua Diminta Tanggap dan Peka

[JAKARTA] Menteri Perhubungan Freddy Numberi dan sejumlah tokoh masyarakat serta putra Papua mengaku kecewa dan prihatin atas sikap Gubernur Papua Barnabas Suebu yang tidak memprioritaskan bantuan pasca gempa di Kepulauan Yapen, Papua, pekan lalu.

Menhub menegaskan tidak ada alasan apa pun bagi gubernur atau pejabat daerah untuk tidak memprioritaskan kondisi daerahnya yang dilanda bencana. "Bencana itu prioritas harus ditangani. Gubernur harus memperhatikan. Masyarakat di sana membutuhkan pemimpin untuk bisa turut merasakan penderitaan dan meringankan beban mereka," katanya di Jakarta, Selasa (22/6).

Menurutnya, tidak ada alasan apa pun entah itu acara ceremony di tempat lain, untuk tidak hadir mengunjungi warga. Masyarakat di Kabupalen Yapen Waropen amat menderita pasca gempa berkekuatan 7,1 skala richter 16 Juni lalu.

Dalam pertemuan menhub dan beberapa putra Papua seperti Yoris Raweyai, Tony Tezar, Neles Tebay sepakat dibentuknya badan kecil Aksi Peduli Yapen (APY). Bertindak selaku Dewan Pembina adalah Menhub Freddy Numberi.

Koordinasi Bantuan

Menhub mengatakan, badan ini harus memiliki rekening terpusat agar bantuan yang masuk bisa terkoordinasi dan pendistribusiannya pun tepat sasaran. Selain itu bantuan kapal tongkang, patroli, sudah dikerahkan ke Serui, Papua. Pasca gempa hampir 80 persen rumah penduduk rusak parah sekitar 5.000 rumah. Data hingga Senin (21/6) dilaporkan instalasi jalan trans Yapen retak, instalasi dermaga dan pelabuhan Serui rusak.

Terkait tidak hadirnya gubernur dan hanya mengutus kepala kesbang, Yoris yang juga anggota komisi I DPR RI ini mengaku kecewa. "Alasannya waktu itu ada kegiatan lain di Jayapura persiapan program turun kampung. Ini bukan acara seremoni yang bisa diwakilkan," tegasnya.

Senada dengan itu, tokoh masyarakat adat Papua Budi B Waromi menyesali sikap gubernur Papua tersebut. "Dengan adanya realitas bencana seperti ini gubernur sangat tidak tanggap dan peka. Ketidak datangan gubernur sangat kami sesalkan," tandasnya. Padahal kondisi di lapangan banyak yang mengungsi, tidur di tenda darurat sebab rumah mereka hancur. " Bahkan rumah saya pun hancur," imbuhnya.

Gempa Susulan

Hingga Selasa (22/6) dinihari tadi masih terjadi gempa susulan dengan kekuatan 4.2 SR di Kepulauan Yapen, Papua. Masyarakat terlihat masih tidur di jalan-jalan. Mereka juga membutuhkan bantuan berupa makanan, pakaian, selimut dan tenda serta obat-obatan.

"Yang ditakutkan pasca gempa ini anak-anak akan menderita sakit," ujar anggota DPR Provinsi Papua dari Komisi C, Yan Mandenas yang dihubungi SP, Selasa pagi. Akibat gempa dahsyat tersebut, tercatat rumah rusak berat mencapai 3.020 unit, sisanya rusak ringan yang sebagian besar di distrik Angkaisera, Yapen Selatan.

Korban meninggal 8 orang dari Angkaisera, dan 12 orang masih dinyatakan hilang di km 28 Jalan Raya Serui-Saubeba, Dikatakan, tim DPR yang datang lima orang kecewa terhadap kinerja Gubernur Papua yang dinilai lambat menangani korban gempa.

"Bagaimana mungkin, gubemur lebih memilih program turun kampung daripada menengok langsung kondisi rakyat Kepulauan Yapen. Ini bukan rusak berat, tetapi rusak total. Rumah, sekolah, tempat ibadah, puskesmas, infrastruktur transportasi rusak. Presiden dan Menteri harus melihat ini," ujar Yan.

Diungkapkan, kinerja gubernur yang buruk terlihat dari pemberian bantuan yang lambat dibanding pemerintah pusat pada hari terjadi bencana. Pemerintah Pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan bantuan Rp 100 juta ke Serui, sedangkan bantuan Pemprov Papua baru tiba Sabtu lalu berupa bahan makanan, tenda, dan berbagai peralatan perlengkapan.

"Gubernur harus memahami yang dihadapi warga Yapen. Sewaktu gempa Padang, Oktober 2009, Gubernur Papua langsung beri bantuan Rp 1,2 miliar, seharusnya respon begitu juga terhadap masyarakat Yapen," katanya. Sementara itu, ratusan wartawan yang menamakan diri Komunitas Jurnalis Papua, turun ke jalan dengan menggalang aksi solidaritas untuk masyarakat korban gempa Yapen. Mereka membawa spanduk peduli Yapen, yang bertuliskan "Jangan biarkan saudara kita terluka, menderita dan susah". (R-15/154)

KOMPAS, Rabu, 23 Juni 2010

Stok Pangan Serui Menipis

Sidang di Pengadilan Negeri Serui Dilakukan di Luar Gedung

SERUI, KOMPAS Stok - kebutuhan pokok bagi korban gempa bumi 7,1 skala Richter di Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, mulai menipis. Posko bencana di Serui hingga kini terus menunggu sumbangan masyarakat dan pemerintah, terutama terpal, selimut, dan bahan bangunan.

Koordinator Logistik dan Gudang Posko Penanggulangan Pascagempa Serui, Ignatius Sakliresi, Selasa (22/6), mengatakan, stok beras tinggal 9 ton atau hanya cukup untuk sehari, sedangkan stok mi instan dan ikan kaleng sudah kosong.

”Kami cek ke Bulog, masih punya persediaan beras cukup sampai dua bulan mendatang. Kalau mi instan dan air minum, sudah sulit didapat di toko-toko di Serui,” papar Sakliresi.

Bantuan bahan makanan berupa 10 ton beras dan 120 karton mi instan dari Pemerintah Provinsi Papua yang tiba pada Sabtu malam lalu telah disalurkan ke distrik-distrik.

Bantuan perlengkapan, seperti kain sarung 400 lembar, daster untuk perempuan 600 lembar, selimut 400 lembar, perlengkapan mandi 80 paket, perlengkapan anak 100 paket, tenda regu 20 unit, tenda peleton 20 unit, tenda keluarga 15 unit, terpal plastik 20 lembar, dan tikar 200 lembar, sebagian besar belum dapat disalurkan karena terkendala biaya distribusi yang sangat tinggi. Ini karena, kata Sakliresi, mereka harus menggunakan kapal dan perahu.

Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen Yan Pieter Ayorbaba mengatakan, Rabu ini bantuan dari pemerintah pusat dijadwalkan tiba. Bantuan diangkut dengan pesawat Hercules ke Biak. ”Dari Biak nanti diangkut dengan perahu ke Serui. Isi bantuan berupa tenda dan perlengkapan lain,” ujarnya.

Penyaluran

Menurut data Posko Bencana di Serui, bantuan yang sudah didistribusikan antara lain 14,1 ton beras, 2.826 karton mi instan, 1.708 karton air mineral, 245 terpal, 15 selimut, 155 karton ikan kaleng, dan 130 karton biskuit.

Posko masih membutuhkan 4.975 tenda keluarga, 5.000 petromaks, 70 ton minyak tanah, 4.990 lampu senter, 6.588 selimut, 7.000 lembar tikar, 3.500 kelambu, 70 ton beras, 1.000 karton ikan kaleng, 4.678 karton air mineral, 4.035 karton mi instan, 5.600 alat masak, dan 10.500 kilogram paku.

Terkait bencana ini, kemarin siang Komunitas Jurnalis Jayapura dan Solidaritas Wartawan Papua Barat (SWPB) menggelar penggalangan dana di Jayapura, Papua, dan Manokwari, Papua Barat. Komunitas Jurnalis Jayapura yang menggelar aksi di depan Kantor DPR Papua mendapatkan bantuan Rp 5 juta.

”Kami ingin mengetuk hati semua pihak agar mau merasakan penderitaan korban gempa di Serui karena pemerintah terkesan lamban,” kata Nethy Dharma Somba, koordinator aksi di Jayapura.

SWPB menggelar aksi di perempatan Makalo, Bank Mandiri, dan Sanggeng Manokwari, dengan melibatkan belasan jurnalis. Mereka juga membuka posko di samping Kantor RRI Manokwari.

”Aksi ini merupakan respons teman-teman terhadap terbatasnya bantuan yang disalurkan bagi korban di Serui,” ujar Patrix Barumbun Tandirerung, koordinator lapangan SPWB. Pengumpulan dana mencapai Rp 5,6 juta.

Sidang di luar

Gempa juga memengaruhi psikologis hakim di Pengadilan Negeri Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua. Sejak gempa dahsyat mengguncang Yapen dan sekitarnya pada 16 Juni lalu, Pengadilan Negeri Serui menggelar sidang di halaman kantornya.

”Ruang sidang sepertinya hanya plafon yang rusak. Kami gelar sidang di luar agar tidak terganggu saat terjadi gempa susulan lagi,” ucap Jonlar Purba, ketua majelis hakim perkara korupsi senilai Rp 4 miliar, dengan terdakwa mantan Bupati Kepulauan Yapen Philips Wona, kemarin.

Kondisi gedung Pengadilan Negeri Serui umumnya baik. Namun, jika dicermati, pilar utama penyangga gedung retak-retak akibat gempa. Hal ini membuat pegawai takut bekerja di dalam gedung. Kini sebagian pegawai pengadilan negeri memilih kerja di bawah tenda.

”Kami sudah sampaikan kerusakan ini ke Pengadilan Tinggi. Dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Yapen sudah mengecek, tapi belum ada hasil,” ujar Jonlar.

Secara terpisah, Kapten Widagdo yang memimpin evakuasi korban longsoran akibat gempa kemarin mengatakan sudah tiga jenazah yang ditemukan. Masih 13 korban yang dicari di ruas Jalan Serui-Saubeba. (ich)

No comments:

Post a Comment