Friday, July 17, 2009

JALUR BERDARAH TIMIKA - TEMBAGAPURA

VIVAnews - Sabtu 11 Juli 2009, mungkin tak pernah dibayangkan oleh Drew Grant (29), perjalanan manajer proyek Freeport asal asal Melbourne Australia untuk menghabiskan akhir pekan bermain golf, berakhir petaka.

Kelompok tak dikenal tiba-tiba memuntahkan peluru ke arah mobil yang ditumpangi Grant, lima tembakan beruntun menerjang leher, dada, dan perut Grant. Pria yang baru saja menjadi ayah itu langsung tewas, hanya seminggu setelah dia pulang ke Australia, menengok sang putri, Ella yang baru lahir.

Markas Besar Kepolisian menyebut senjata yang digunakan untuk menghabisi Grant adalah senjata laras panjang kaliber 55, yang biasa digunakan polisi maupun militer. Namun, Kepala Kepolisian RI, Jenderal Bambang Hendarso Danuri langsung meminta masyarakat tak berspekulasi soal siapa pihak yang bertanggungjawab atas teror tersebut.

Teman seperjalanannya, Lukan Biggs mengisahkan tembakan itu datang tiba-tiba tanpa peringatan. "Sangat tiba-tiba," kata Biggs seperti dimuat laman news.com.au. Biggs yang saat itu menyetir mobil dengan nomor seri LWB 01.2587 itu mengaku syok jika mengikat rekannya meregang nyawa.

Kematian Grant bukan akhir kekerasan di jalur Timika-Tembagapura. Keesokan harinya, pada Minggu 12 Juli 2009 pasukan Brimob dan Densus 88 yang dikirim untuk menyelidiki penembakan Grant, saat tiba di Mile 51 sekitar pukul 10.45 WIT, diserang kelompok tak dikenal dari arah kanan dan kiri jalan dengan senjata api.

Tak sampai ada korban jiwa namun anggota Densus 88, Iptu Adam Heri Gunawan terkena luka tembak di paha kiri dan AKP Anggun juga terkena serpihan pada jari tangan dan langsung dievakuasi ke RS Tembagapura.

Di hari yang sama, masih di jalur Timika-Tembagapura, darah kembali tertumpah. Pada Minggu 12 Juli 2009, kelompok bersenjata tak dikenal menyerang konvoi logistik ke Tembagapura. Seorang petugas keamanan Freeport, Markus Rattealtewas tewas dalam kejadian tersebut. Sedangkan jenazah anggota Provost Satuan Tugas Amole Polda Papua, Bripda Marson Freddy Patiteikoni ditemukan tewas di jurang keesokan harinya,

Kekerasan di jalur maut itu bukan kali ini terjadi. Kejadian serupa terjadi pada 2002, perjalanan akhir pekan dan perayaan ulang tahun Edwin Leon Burgen yang disertai istrinya, Nancy Carol, juga berujung petaka. Di Mile 62,5 jalur Timika-Tembagapura, Papua, kendaraan mereka dihadang dan ditembaki sekelompok orang tak dikenal. Direktur International School di Tembagapura yang warga negara Amerika Serikat itu tewas.

Rekan Burgen, Spier Rickey Lynn, serta seorang WNI F.X. Bambang Riwanto juga tewas dalam kejadian tersebut. Demikian pula yang terjadi pada 1994, dua karyawan Freeport juga tewas tertembak di dekat mile 62,5 .

Teror pun kerap terjadi di jalur tersebut. Salah satunya terjadi pada 11 dan 12 September 2008 aksi teror mortir terjadi di Mile 39 dan Mile 50 ruas jalan yang menghubungkan Timika-Tembagapura.

Kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik selalu dihubung-hubungkan dengan teror yang terjadi di Jalur Timika-Tembagapura. Sebaliknya berkali-kali juga Kelly Kwalik menyatakan tak bertanggungjawab atas kejadian berdarah di kawasan tambang emas itu. Kelly justru menuding oknum militer berada di balik teror.

Mengapa jalur ke tambang emas Freeport jadi sasaran? Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, Agung Laksono punya dugaan. "Apakah kriminal, pembagian rejeki yang tidak setara, atau motif politik. Polisi harus buka pelakunya, dari kelompok mana kemudian diproses secara hukum, lebih cepat lebih baik," tambah Agung.

No comments:

Post a Comment